Aku ingin Bahagia

Last Update Article: 2023-05-17 10:42:24


Bahagia?

Bahagia adalah hal yang paling dicari oleh setiap manusia, bahkan untuk sekedar bahagia setiap insan manusia termasuk saya sebagai penulis artikel ini rela mengorbankan sesuatu untuk mendapatkannya, mulai dari waktu, tenaga, uang dan hal lainnya. Namun apakah bahagia saya adalah hal yang paling utama? tentu saja(bagi penulis)! Tapi, ini semua hanya bagi sudut pandang diri kita sendiri, bahagia penulis, kamu dan kita semua sejatinya harus dibatasi oleh hak-hak makhluk hidup yang lainnya, jika sudah ada pada ruang umum yang berkaitan dengan mahluk hidup yang lain. Bahagia dapat bernilai mutlak jika cara mendapatkan, cara menjalani, cara melakukan kebahagiaan itu sudah tidak berhubungan dengan mahluk yang lain, contoh paling sederhana bahagia yang bisa terbebas dari mahluk yang lain adalah Tidur, namun cara mendapatkan harus benar maksudnya adalah dengan tidak tidur di jam kerja, tidak tidur di jam sekolah ataupun tidak tidur pada jam-jam yang seharusnya memang tidak dipakai untuk tidur, lalu cara menjalani tidurnya harus benar adalah dengan tidur di tempat seharusnya memang untuk tidur atau memang tempat yang diperbolehkan untuk tidur lalu, hal yang paling penting setelah diperbolehkan tidur adalah hal subjektif lainnya, apakah etis tidur di tempat itu? misalnya sedang berada di sekolah, tidak ada jam pelajaran maka lepaslah kewajiban kita untuk "bersekolah", dalam hal ini dapatlah waktu untuk beristirahat di sekolah, namun bolehkah tidur di sekolah? bagi saya sangat boleh, namun tempatnya adalah masalah utama di sini, di kelas etis kah? urusan etis, sifatnya bagi penulis masih sangat subjektif, masih sangat bisa diperdebatkan apa ukurannya, siapa yang jadi patokan, di mana membaca hukum tentang menjadi etis ini, dalam hal ini penulis mengukur etis dari fungsi sebuah hal, ruang kelas seyogyanya dibuat untuk hal-hal untuk yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, namun aturan ini bagi penulis akan lepas jika jam proses belajar dan mengajar sudah usai atau jika ada hal yang mengharuskan fungsi dari ruang kelas itu dapat diubah sesuai dengan kondisi yang ada, misalnya diperuntukan untuk pengungsian, diperuntukan untuk kegiatan lainnya yang tidak menghilangkan hak pakai dari ruang kelas itu sendiri, kembali ke permasalahan etis kah tidur di ruang kelas bagi penulis? bagi penulis etis, namun di luar jam belajar dan mengajar, dengan tidur tidak merugikan teman kelas lainnya, maksudnya sedang tidak dalam kerja kelompok atau tidak sedan dalam pusaran diskusi, selam semua kewajiban sudah terpenuhi, bagi penulis tidur di ruang kelas etis dan sah untuk dilakukan.

Tentang Agama

Beragama atau tidak beragama bagi penulis adalah hak bagi setiap insan manusia, memilih mengikuti ajaran atau kepercayaan manapun adalah hak yang harus dijunjung dan harus diperjuangkan oleh setiap insan manusia begitupun jika ada insan manusia yang memilih tidak percaya atau tidak memeluk ajaran agama manapun harusnya juga kita perjuangkan, wajib! Kenapa? Bagi penulis beragama atau tidak beragama harusnya tidak merugikan atau tidak berpengaruh pada isan manusia yang lain, misalnya pada perumpamaan fakta yang saat ini sedang terjadi bahwa sekarang ini penulis dari lahir adalah seorang Muslim, lalu salah satu teman-teman pembaca ada yang memilih tidak mempercayai agama atau ajaran siapapun, apa pengaruhnya bagi penulis dan pembaca? tidak ada, luaran tindakan lah yang menjadi sorotan pada kasus beragama atau tidak beragama ini, bagi penulis luaran orang beragama harusnya dapat menjadi teladan dan tidak merugikan insan manusia yang lainnya, karena sejatinya memilih beragama apapun ajaran utamanya pasti kebaikan, pasti hal-hal yang sifatnya tidak pernah merugikan apapun atau bahkan siapapun, harusnya, pada bahasan kali ini penulis akan menyoroti beberapa hal yang terjadi dan sering terjadi pada ibadah Puasa pada bulan suci Ramadhan, bulan suci 2023 ini kembali terdengar kabar-kabar di media sosial penulis tentang "ormas" ataupun bagian dari "ormas" (oknum) atau bahkan perorangan melakukan grebek "warung" yang sedang berbuka di bulan puasa, ada beberapa hal yang dapat disoroti tentang kejadian ini, pertanyaan yang terlintas pada diri penulis adalah, Etis kah warung buka pada bulan puasa? bagi penulis jawabannya etis, karena dalam sepemahaman penulis, harusnya tidak ada larangan secara dalam agama islam untuk tetap bekerja di bulan puasa, membuka warung adalah kegiatan bekerja bagi si pemilik warung, dan ini adalah kewajiban juga untuknya bekerja, hak-hak yang harus diperhatikan pada kasus pengerebekan ini adalah kita juga harus sadar bahwa di bumi ini tidak semuanya adalah seorang Muslim, jikapun memang semuanya seorang Muslim yang harus disadari juga adalah tidak semua muslim diwajibkan untuk berpuasa, kita bisa mengambil contoh paling nyata adalah perempuan yang sedang dalam keadaan haid, perempuan haid harusnya terbebas dari kewajiban berpuasa lalu jika perempuan yang terbebas dari puasa harus diwajibkan berpuasa dikarenakan tidak ada warung yang dapat menyediakan makanan untuk yang tidak berpuasa, apakah ini adil bagi perempuan yang sedang haid? bagi penulis tentu sangat tidak adil, lalu bagi pemilik warung jika dilarang berjualan pada waktu puasa, darimana pendapatan pemilik warung ini? bagaimana pemilik warung ini dapat membiayai keluarga atau dirinya saat pekerjaannya dilarang? tanpa dilarang pun pendapatan pemilik rumah makan atau sejenisnya kebanyakan sudah berkurang di bulan puasa, mari sama-sama sadar bahwa di bumi ini tidak semuanya adalah seorang muslim, tidak semuanya wajib berpuasa, tidak semuanya kuat untuk berpuasa. Menjalani kegiatan puasa adalah urusan insan manusia dengan Allah sebagai penciptanya, menegakkan hukum Allah mari bisa lebih memperhatikan juga unsur-unsur yang lainnya, tidak hanya cuma melarang tapi juga semoga bisa hadir banyak solusi-solusi dari hal-hal yang akan dilarang atau diperjuangkan, beragama sejatinya memang memiliki ujian, alih-alih menghilangkan setiap ujian mari berbenah diri memperkuat iman.

Seleraku!

Menyoal tentang selera, selera adalah hal yang sangat-sangat subjektif, sangat beragam dan sangat tidak bisa diukur mana yang terbaik mana yang terburuk, karena dari sinilah bahagia itu bisa tumbuh dalam diri kita. Contoh paling nyata dari selera dapat menjadi sebuah hal untuk bahagia adalah musik, musik memiliki berbagai jenis yang umum mungkin ada metal,hardcore,pop,jazz atau dangdut dari berbagai jenis musik inilah hak-hak orang lain dapat dilanggar pada ruang private, loh kenapa tidak pada ruang publik? karena ada beberapa hal yang bisa jadi pengecualian, misalnya ada sebuah hajatan pernikahan atau ada hajatan agama, maka sisi rasa tolerasi kita harus lebih tinggi soal selera musik ini, karena biasanya dalam hajatan jenis musik yang digunakan terkesan lebih pelan tempo lagunya mungkin seperti jazz atau yang lebih “hyper” seperti dangdut, jarang ada yang memutarkan musik keras pada hajatan, nah dari sinilah kita mungkin sudah bisa sadar bahwa hal ini harus ditolerasi, hal yang mungkin dari kita lupa tentang adanya kesadaran dalam selera biasaya ada di ruang private, contoh kasusnya adalah jika kita berada pada sebua vakasi pekerjaan yang mengharuskan kita untuk tidur bersama teman kantor kita, pribadi kita mungkin terbiasa dengan musik yang keras atau mungkin mengharuskan mendengarkan musik di waktu bekerja, namun hal ini kita tidak bisa sama ratakan, maksudnya apa? tidak semuanya suka mendengarkan musik pada saat sedang bekerja, ada yang mungkin konsentrasinya dapat terganggu saat adanya musik, dari sinilah harus ada alternatif-alternatif yang muncul dari perdebatan selera ini, jika ada satu yang harus mendengarkan musik saat berkerja dan satu yang tidak, maka yang mengalah harusnya yang harus mendengarkan musik, karena apa? karena seyogyanya dalam bekerja memang harus hening dalam banyak kasus, lalu alternatifnya apa? bisa menggunakan headphone atau sejeninsya, hal-hal inilah yang mungkin sering lupa termasuk penulis di lingkungan umum juga

Selesai!

Bahagia memang harus, tapi manusia yang lain juga berhak bahagia dengan apa yang ada, bahagia seharusnya tidak mengorbankan bahagia milik entitas yang lainnya, mari kita bisa menekan ego sebaik mungkin agar entitas di sekitar kita tidak dirugikan hanya demi bahagia diri kita sendiri. Terima kasih sudah membaca, semoga ada hal yang bisa didapat dari tulisan saya dan mohon maaf jika ada yang salah dari penyampaian yang saya berikan.